Chapter 3 - B Bu, Bogor

Assalamualaikum!

Ya! Jadi di Post ini gua akan mengupas tuntas tentang suatu Perguruan Tinggi Negeri ternama yang NAMPAKNYA jika teman-teman saya mendengar nama PTN ini, komentar mereka tidak jauh-jauh dari :

- Cih, mau jadi Petani lu?
- Belajar apaan disono? Nyangkul?
- AHAHAHAHAHAHAHA JADI ANAK SAWAH AHAHAHAHA
- DLL
- DST
- DSB
- DKK

Udah tau kan nama PTNnya?

Ya menurut gua mereka nggak salah sih. Karena mereka emang belom tau di IPB itu ada apa aja, dalemnya kaya gimana, ceweknya kaya apa #EH. Ya maka dari itu, jadilah tugas saya disini, sebagai MaBa Ilmu Komputer IPB Angkatan 51 #SombongDikit, membimbing kalian para domba-domba tersesat, dari kelamnya kegelapan, menuju cahaya yang terang benderang. Bahasa pendeknya...

"Mari Kakak silahkan liat-liat dulu IPBnya Kakak! \(^_^)/"




  • First Impression : Kota Bogor
Kira-kira beberapa minggu yang lalu, gua sama keluarga gua (Full Team : Gua, Adek gua, Ayah gua, Emak gua) mengadakan Survey ke IPB. Yah gua emang udah lama nggak ke Bogor, terakhir ke Bogor tuh SD dan itu cuma buat maen ke Taman Topi...

Taman Topi mengingatkanku akan masa kecilku, walaupun sekarang aku masih kecil
Gua bahkan nggak pernah maen ke kebun Raya Bogor! Duh sebagai calon Anak Bogor gua merasa gagal...

Hijaunya menyilaukan mata
Ya nanti deh kalo gua udah jadi Anak Bogor papan atas gua bakalan maen ama Rusa-Rusa lutcu di Kebun Raya Bogor.

Balik ke awal cerita. Jadi gua dan keluarga melancong ke Bogor dengan menggunakan sebuah kendaraan yang sekarang bernama keren "Commuter Line". Dulu sih kita nyebutnya KRL (Kereta Listrik), tapi karena Zaman sudah maju, jadi ya gitu.

Commuter Line : Rapi, Tertib dan Perkasa

KRL : Sumpek, Tak teratur, Banyak Sahabat Dahsyatnya 
Jadi buat yang belom tau dan udah lama nggak naek kereta, sekarang cara naek kereta udah beda banget sama dulu (Gua juga baru tau beberapa minggu yang lalu). Kalo dulu kan pake karcis buat beli tiketnya, sekarang udah pake kartu. Mau masuk stasiun kalo dulu kasih karcisnya ke petugas, kalo sekarang Tap kartu ke alat sensor baru bisa masuk. Mau naek kereta kalo dulu bisa masuk pintu, gelantungan kaya naek angkot, kalo nggak manjat ke atep (Sahabat Dahsyat Only), kalo sekarang harus masuk pintu dan pintunya ketutup rapet. Di dalem kereta kalo dulu banyak Cangcimen, tukang koran, tukang sapu dan tukang-tukang lainnya, kalo sekarang lengang, sunyi senyap, anteng. Di Stasiunnya kalo dulu banyak toko-toko jualan atau abang-abang yang dagang macem-macem, kalo sekarang bersih-sih-sih-sih cuma kursi buat nunggu, Pot beserta tanamannya dan keranjang sampah. Bagus deh! Udah kaya luar negeri dan film-film gitu (meski perlu beberapa pengembangan dan perawatan). Kapan-kapan gua ajak naek kereta ke Bogor yak!

Kira-kira seperti ini sikonnya
Nah iyak jadi gua berangkat dari Stasiun Pondok Cina (Pocin) UI (Sedih sih harus melewati UI terlebih dahulu #EalahMoveOnMas) dan berhenti di Stasiun Bogor. Setelah itu dilanjutkan dengan naik angkot dua kali baru sampailah kita di area kampus IPB. Tapi gembelnya gua (dan keluarga gua) pas pertama kali survey kesana kita salah naik angkot (angkotnya sih bener, arahnya yang salah!). Ilustrasinya kaya gini : Kita baru keluar dari gerbang SMAN 34 dan kita hendak menuju Cinere Mall dan yang kita tahu hanya info "kalo mau ke Cinere Mall naek 61". Tapi karena kita anak baru Pondok Labu dan keterbatasan informasi dan kemaluan untuk bertanya, jadi langsung saja kita sotoy naek angkot 61 yang lagi lewat ke arah Cilandak, padahal CIM kebalikannya. Seperti itu, jadi saya (dan keluarga) harus muter-muter Bogor dulu baru bisa menemukan jalan yang benar (kesannya keluarga gua baru tobat gitu ya). Setelah nyampe IPB, ternyata angkotnya berenti di jalur belakang, jadi gua (SAMPE SEKARANG) belom pernah lewat gerbang depan IPB, gua dan keluarga (setelah lelah muter-muter Bogor karena salah angkot) cuma jalan-jalan dikit liat Fakultas MIPA (Di IPB jurusan Ilmu Komputernya berada di bawah naungan FMIPA, tapi kalo udah lulus disebutnya Sarjana Komputer kok tetep. -InsyaAllah-) setelah itu pulang. Iya udah gitu doang terus pulang. Lamaan di angkotnya daripada di IPBnya.

Kesan Pesan terhadap Kota Bogor :

- ANGKOTNYA MEN KAYA T*I. Banyak banget, merajalela, merajai jalanan, meleng dikit angkot udah ada di depan matalu (Suwer gaboong). Bogor memang terkenal dengan julukan Kota Seribu Angkot.
- PANAS. ELAH. Gua kira panas cuma milik Jakarta, ternyata salah! Bogor juga punya! (Siang doang sih panasnya, kalo pagi dan sore mah adem ayem). Ditambah dengan...
- MACET. MASIH. MENGHANTUI. Ya karena populasi angkot dan motor di Bogor yang menggila, terjadilah kemacetan setiap pagi dan sore (kalo siang lancar).
- CEWEK DISANA DISEBUT UKHTI. hahaha gadeng, tapi gara-gara kebanyakan cewek disana pake jilbab (Perbandingan antara yang berhijab dan yang tidak kira-kira 8 : 2). Tapi gua belom melakukan riset tentang "Jilbabers disana islami banget nggak sih?" jadi buat temen-temen yang lagi nyari Badung-Badung (Badai Kerudung) lucu untuk di-ta'arufi, nanti gua kabari lebih lanjut.
- POHONNYA GEDE-GEDE. Gak usah dijelasin lah ya.
- BANYAK CORET-CORETANNYA. Jadi pas gua muter-muterin Bogor naek angkot itu gua liat Kota Bogor kaya kotor gitu, banyak coretan, sampah, gak tertib, berantakan, gitu deh. Tapi itu di beberapa lokasi doang kok.
- NAMA DAERAHNYA SUNDA BANGET. AMPE BINGUNG AKANG. Contohnya : Bubulak, Laladon, Baranangsiang, Cilebut, Cibereum, dan Ci Ci yang lain.

Perincian Dana Maen ke IPB:
- Naik kereta dari Stasiun Pocin ke Stasiun Bogor = Rp. 2.500,-
- Naik Angkot 03 arah Bubulak/Laladon = Rp. 3.000,-
- Naik Angkot 05 arah Kampus Dalam = Rp. 3000,-
- Sampai. Foto-foto di IPB = Gratis.
- Balik lagi ampe rumah harganya sama nggak berubah.

  • The Perks of Being Anak IPB
Nah sekarang kita masuk ke area IPBnya. Ada apa aja sih di IPB itu? Emang enak jadi anak IPB? Coba gua jabarin satu-satu :

ENAKNYA APA?
1. Ada list yang disediakan oleh Pihak IPBnya sendiri hehehehe : Tujuh Alasan Memilih Institut Pertanian Bogor
2. Asrama = Belajar Mandiri. Bagi anak mami kaya gua, asrama merupakan tempat yang tepat untuk melatih kemandirian. Daripada di rumah apa-apa dilayanin emak atau pembantu. Daripada ngekost dimana rasa sepi menusuk, apa-apa sendiri, indomi lagi indomi lagi. Asrama memang opsi yang paling tepat. Btw Universitas mana lagi yang mewajibkan Mahasiswanya Asrama satu tahun? Selain untuk melatih kemandirian, asrama juga dijadikan sarana untuk menumbuhkan rasa cinta pada kampus! (Karena asrama berada di dalam area kampus, jadi istilahnya kita kaya tinggal di kampus itu sendiri...). Waktu satu tahun di asrama juga digunakan untuk mencari kost-kostan atau kontrakan di sekitar kampus dalam waktu yang lama, jadi kita bisa lebih teliti dan tepat memilih kost/kontrakan yang baik dan benar.
3. Belajar Mendewasakan Diri. IPB merupakan sarana yang tepat untuk menjadikan diri gua lebih dewasa (tapi pengen tetep jadi anak kecil sih... T_T). Kenapa? Karena di IPB tepatnya TPB (Tingkat Persiapan Bersama) kita diwajibkan untuk tinggal di asrama (selama satu tahun) dan bergaul (bukan menggauli) teman-teman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Serius, dari ujung Aceh sampe ujung Papua ada disini! Maka dari itu gua harus bisa belajar bersosialisasi, toleransi, menghargai, dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa #Aslay.
4. Banyak Beasiswa. Serious. Beasiswa di IPB bejibun, bisa sampe setengah Mahasiswa dalam satu angkatan kali yang bisa dapet Beasiswa di IPB. Ya tapi Beasiswanya bervariasi, dari yang cuma Rp. 200.000,- sebulan sampe yang Rp. 10.000.000,- per semester + Rp. 600.000,- per bulan. HEHE *ngincer*.
5. Banyak Organisasi-Organisasi di IPB yang bisa meningkatkan Soft Skill. Beneran deh di IPB nggak abis-abis Organisasinya. Kaya gini nih : Ada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa = semacam ekskul), ada BEM (kaya OSIS), ada DPM (kaya MPK), ada Klub Asrama, ada Klub/Organisasi di luar UKM, ada Komunitas Stand Up Comedy pula. 
5. Menemukan Jodoh. Siapa tau ada Badung yang juga sedang mencari jodoh?
6. Menemukan Arti Hidup yang Sebenarnya. Yah semoga aja ketemu.

Sepertinya segitu dulu yang bisa saya jabarkan. Sisanya akan saya ceritakan lagi setelah saya sudah menjalani kehidupan Mahasiswa IPB. HeHe.

NGGAK ENAKNYA APA?
1. Gabisa jadi anak UI.

Udah itu aja. #UdahMasUdah


AH, saya nemu suatu Post di Blog orang (Anak IPB juga) tentang betapa Bangganya dia menjadi bagian dari Institut Pertanian Bogor ini :

-----------------------------------------------------------------------------

Kita selalu bersama, dalam suka dan duka. Bersama semua di asrama, together to be better..

Sabang sampai Merauke, semua ada disini. Tak ada yg membeda bersama semua diasrama..

Together to be better, kita selalu bersama. Dalam kebersamaan, walaupun kita berbeda..

Together to be better, kita selalu bersama. Dalam kebersamaan, bersama semua diasarama..

**

Ya! itu lagu adalah kesan pertama ketika menginjakkan kaki diasrama, lagu itu menyusup masuk kedalam asrama, mengintip ditiap lorong, menjabah semua kamar asrama dan bermuara ditelinga semua penghuni asrama.. 
ingat saat pertama kali nginep diasrama, pagi-pagi dibangunin oleh suara tilawah dari masjid Al Hurriyah, disambut dengan ketukan pintu sang SR (senior rese *resident) yg menyuruh kami bersiap untuk ke masjid melaksanakan shalat subuh, padahal saat itu masih pukul 4..
Semua bergegas mempersiapkan diri sampai akhirnya adzan berkumandang, semua penghuni asrama memenuhi jalan-jalan IPB..
Disana tenggang rasa dan kebrsamaan muncul, mulai saling menyapa menanyakan hal-hal kecil seperti nama asal dan mayor di IPB.. Semua akrab dan logat bicaranya masih kental dengan daerah asalnya.

*

Dan itu semua terjadi hampir setiap hari..
Apa jadinya jika tidak ada asrama di IPB? Mungkin pergaulan mahasiswanya hanya terkotak-kotakkan fakultas dan departemen..
Di asrama juga diajarkan tenggang rasa, saling mengerti keadaan, kesederhanaan, dan kebersamaan walaupun dari latar belakang yang berbeda..
Semua sama.. Anak petani, anak PNS, anak pengusaha, anak pejabat.. Bersatu diasrama menciptakan suatu warna yang berbeda. Ya, kami senang diasrama. Asrama mengajarkan tentang menghargai perbedaan, tenggang rasa, kekeluargaan, adaptif, menghilangkan keegoisan. Dan kebersamaan yang menghasilkan suatu kemampuan yang luar biasa. Together to be Better!


Mungkin bagimu, IPB tempat buangan setelah gagal Simak, USM, SMUP, UMB, UTUL, SNMPTN dll.. Tapi tidak bagi mereka yang berjuang menjadi utusan daerah masing-masing untuk bisa kuliah dan tinggal diasrama ini..

Mungkin bagimu, masuk IPB itu tidak bergengsi, tapi tidak bagi anak perantauan, yang hanya dia satu-satunya anak di daerahnya yang dapat mengenyam bangku kuliah..

Mungkin bagimu, IPB sekedar cadangan. Tak sadarkah kau, bangkumu di perebutkan oleh sekian banyak anak bangsa..

Yaa, IPB memang berbeda.. IPB mengajarkan prihatin, merakyat dan bersahaja..
IPB merupakan kumpulan cita-cita anak bangsa, anak perantauan dari Sabang sampai Merauke. Bahkan dari negri sebrangpun ada, yang terkumpul menjadi satu diasrama..

**

Sepulang dari reuni SMA, seorang mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (TIN) IPB berkata, "saya bersyukur kuliah di IPB, kampus yang lekat dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kearifan". Ia berkata demikian setelah mendapati keadaan teman-temannya dari universitas lain yang bergelimang kemewahan. Tidak ada yang salah dengan gaya hdup seseorang, memang. Akan tetapi, menjalani perkuliahan di IPB "mengasah sensorinya terhadap kepedulian sosial".

Kualitas positif ini tidak terlepas dari sistem pendidikan di IPB yang menerapkan kewajiban berasrama bagi mahasiswa tahun pertama. Seluruh mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), apapun latar belakangnya, diharuskan menjalani satu tahun kehidupan asrama dengan segala peraturannya. Dalam 1 kamar berisi 4 orang, mahasiswa TPB "dipaksa" belajar tenggang rasa. Dalam 1 lorong dengan deret belasan kamar, mahasiswa TPB akan mengenali kawan-kawan dari Sabang hingga Merauke. Dalam gedung A1, A2, A3, C1, C2, C3, rusunawa, silvasari, silvalestari, mahasiswa terus menerus diasah saraf kepekaannya, bahwa ada sekian banyak manusia dengan latar belakang yang berbeda, hidup dalam keseharian serupa.

Inilah salah 1 kelebihan IPB dengan sistem asrama di tahun pertamanya. Pergaulan mahasiswa pun menjadi lebih luas, tidak terkotak"an fakultas atau departemen. Tidak pula perbedaan melalui fasilitas kost yg dihuni. Smua sama, rata.

Seseorang yang mulanya di rumah selalu dilayani, menyaksikan teman sekamarnya setiap hari makan dengan nasi, tempe, dan kuah sayur. Mata, hati, dan pikirannya akan terbuka. Peristiwa secara natural dalam kehidupan asrama mengasah kepekaan seseorang akan sekelilingnya. Hal ini penting sebagai awalan kehidupan mahasiswa. Agar tidak tumbuh menjadi mahasiswa-mahasiswa dalam tempurung, yang tidak mampu bersikap peduli pada sekitar. Padahal ada rakyat yg menjerit-jerit memanggil di kanan dan kirinya.

**

ya begitulah sedikit pandangan tentang asrama dan IPB..
hanya berbagi pengalaman..
Untuk membangkitkan semangat teman-teman semua yang sedang diributkan oleh masalah pekerjaan perkuliahan, membuat raker, praktikum, laporan, kuliah pagi sampai malam dan lain sebagainya.
Ingat! bahwa itu semua awal untuk menjadi insan yang sukses dan lebih baik dari sebelumnya.
Berawal di asrama, berlanjut di negara.
Berawal di pertanian, menjadi ilmuan.
lulus kuliah, khusnul khatimah.. *ngga nyambung*

IPB mungkin tak semegah Ganesha, jaket almamaternya mungkin tak sekemilau Jaket Kuning, IPB mungkin tak dikejar seperti halnya Gajah Mada..

Tak mengapa, yang penting aku bangga.. Yang penting aku cinta..

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ih gila :")

Nyess banget buat gua sendiri. Seperti menampar pipi yang ingin ke UI. Menyadarkan bahwa disinilah jalan saya, di Institut Pertanian Bogor. Niscaya saya akan membanggakan Almamater saya. Saya akan sukses disini dan mengharumkan namanya. Aamiin.

Bonus Screenshot Motivasi dari Ustadzah Sopisopay S.Farmasi, S.Psiko :

Kalah Mario Teguh!
Dan terakhir...

Dapet salam dari cogan-cogan Ilkom IPB 51 ;)
Sepatah dua patah kata terakhir : Saya bersyukur bisa diterima di Ilmu Komputer. Apapun Universitasnya.

Yosh semangat Ilkom!


Wassalam, Anak Depok Berjiwa Jakarta yang Kuliah di Bogor!

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram